Di bagian ini kita bakal bahas realita — tantangan keuangan yang sering dihadapi Gen Z (termasuk mungkin kamu 😅), plus solusi realistis dan relevan yang bisa langsung diterapkan.
Jadi bukan teori rumit, tapi strategi “nyata” yang bisa bantu kamu bertahan (dan berkembang) secara finansial di dunia yang super cepat berubah ini.
Tantangan Keuangan Gen Z & Solusinya
“Karena mengatur uang di era digital itu nggak gampang, tapi juga nggak mustahil.”
1: Penghasilan yang Belum Stabil
Banyak Gen Z sekarang kerja di sektor kreatif, freelance, atau startup — artinya, penghasilan sering nggak tetap.
Kata survei Katadata Insight Center (2024),
> 58% Gen Z Indonesia bekerja di sektor nonformal atau freelance, dan 72% di antaranya mengaku penghasilan bulanan mereka fluktuatif.
Ini tantangan besar, karena:
Susah bikin rencana keuangan
Sering “keteteran” di akhir bulan
Nggak bisa nabung rutin
💡 Solusinya:
1. Pisahkan rekening keuangan.
Rekening 1: penghasilan utama
Rekening 2: tabungan/investasi
Rekening 3: operasional & hiburan
→ Biar jelas uang mana buat kebutuhan, mana buat senang-senang.
2. Gunakan sistem “gaji bulanan sendiri.”
Kalau penghasilan nggak menentu, tetap tetapkan “gaji tetap” untuk diri sendiri.
Misal, kamu freelancer dengan penghasilan rata-rata Rp6 juta/bulan → tetap beri “gaji” ke diri kamu Rp5 juta, sisanya jadi buffer atau tabungan.
3. Gunakan aplikasi pencatat keuangan.
Aplikasi kayak Money Lover, Wallet, Catatan Keuangan Harian, atau Notion template finansial bisa bantu kamu tracking cash flow dengan mudah.
2. Kurangnya Literasi Keuangan
Gen Z dikenal paling digital, tapi juga paling rawan FOMO dan impulsif.
Banyak yang jago bikin konten, tapi bingung soal pajak, cicilan, atau dana darurat 😅
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2024,
> tingkat literasi keuangan Gen Z di Indonesia baru sekitar 49%,
sementara tingkat inklusi (akses ke layanan keuangan) sudah 85%.
Artinya:
Banyak yang sudah pakai layanan keuangan (e-wallet, paylater, saham, kripto), tapi belum benar-benar paham risikonya.
💡 Solusinya:
1. Mulai belajar dari sumber terpercaya.
OJK Learning Center: https://sikapiuangmu.ojk.go.id
Channel YouTube seperti ZAP Finance, Finansialku, atau Lifepal
Buku ringan: The Psychology of Money, Rich Dad Poor Dad, Warren Buffet’s Way
2. Ikuti akun edukasi finansial di media sosial.
Banyak konten kreator finansial Gen Z yang bahas topik ini dengan gaya fun, kayak @duitsantai, @finfolk.id, atau @literasikeuanganku.
3. Jadikan literasi keuangan sebagai habit.
10 menit sehari buat baca artikel finansial jauh lebih berharga daripada scroll random 1 jam di TikTok 😄
3. Godaan Paylater & Cicilan Digital
Paylater itu ibarat pisau — berguna kalau dipakai dengan bijak, tapi bisa “melukai” kalau disalahgunakan.
📊 Data Bank Indonesia (2025) mencatat,
> pengguna paylater meningkat 37% dibanding tahun sebelumnya, dan 56% di antaranya berasal dari kelompok usia 18–27 tahun.
Masalahnya, banyak yang pakai paylater bukan untuk kebutuhan penting, tapi untuk:
Fashion atau gadget baru
Nongkrong dan hiburan
FOMO promo
💡 Solusinya:
1. Batasi jumlah paylater.
Punya satu aja udah cukup — jangan sampai ada di semua e-commerce.
2. Gunakan untuk kebutuhan produktif.
Misalnya beli laptop buat kerja freelance, bukan beli outfit impulsif.
3. Catat semua cicilan.
Gunakan rumus:
> Total cicilan bulanan ≤ 30% dari penghasilan bersih.
4. Bayar sebelum jatuh tempo.
Banyak orang kena bunga karena “lupa bayar”, bukan karena nggak bisa bayar.
4. Gaya Hidup Cepat dan Tekanan Sosial
Di era digital, kamu “dibombardir” gaya hidup ideal dari influencer, teman, dan brand setiap hari.
Semua terlihat sukses, keren, dan bahagia — bikin tekanan sosial makin besar.
Hasil survei NielsenIQ (2025) menunjukkan:
> 68% Gen Z di Asia Tenggara merasa tekanan sosial media membuat mereka sulit menabung dan hidup hemat.
💡 Solusinya:
1. Kurangi waktu konsumtif di media sosial.
Unfollow akun yang bikin kamu merasa “kurang.”
Ganti dengan akun inspiratif, edukatif, atau motivasional.
2. Terapkan “digital detox weekend.”
Sehari tanpa scroll media sosial bisa bantu kamu lebih sadar sama kondisi finansial dan mental.
3. Bangun mindset abundance.
Fokus ke apa yang kamu punya, bukan apa yang kamu belum punya.
Karena rasa cukup itu bukan soal saldo, tapi soal mindset.
5. Tidak Punya Dana Darurat
Kenyataannya, sebagian besar Gen Z belum punya dana darurat sama sekali.
Padahal ini adalah “safety net” paling penting.
Menurut riset Populix (2024):
> 7 dari 10 Gen Z di Indonesia tidak memiliki tabungan darurat untuk menutupi kebutuhan minimal 3 bulan.
Akibatnya, begitu ada kejadian tak terduga (HP rusak, PHK, sakit), mereka langsung panik — bahkan kadang ngutang.
💡 Solusinya:
1. Target awal realistis: Rp3 juta – Rp5 juta dulu.
Nanti baru naik jadi 3–6x pengeluaran bulanan.
2. Gunakan akun/tabungan terpisah tanpa kartu debit.
Supaya nggak tergoda pakai.
3. Gunakan metode “auto-transfer.”
Set tiap tanggal gajian, 10% langsung masuk ke tabungan darurat.
Kalau otomatis, kamu nggak perlu niat — sistem yang kerja buat kamu.
6. Keamanan Digital & Penipuan Online
Gen Z paling sering online, tapi juga paling sering jadi korban scam 😔
Penipuan makin canggih — mulai dari phising, giveaway palsu, sampai investasi bodong.
Menurut data resmi OJK (2025):
> Total kerugian masyarakat akibat penipuan digital di Indonesia mencapai Rp1,7 triliun dalam setahun.
💡 Solusinya:
1. Cek legalitas platform investasi di situs resmi OJK.
👉 https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/financial-technology/default.aspx
2. Gunakan password berbeda untuk tiap akun keuangan.
Pakai password manager biar aman.
3. Jangan klik link mencurigakan di chat atau email.
99% scam dimulai dari tautan palsu.
4. Edukasi diri dan orang sekitar.
Karena kadang yang paling rawan tertipu adalah keluarga atau teman yang belum paham dunia digital.
7. Pengelolaan Pajak & Kewajiban Finansial
Buat Gen Z yang udah mulai kerja freelance, content creator, atau jualan online — urusan pajak sering bikin bingung.
Padahal, ini bagian penting dari literasi finansial.
💡 Solusinya:
1. Gunakan fitur e-filing di pajak.go.id — prosesnya sekarang udah gampang banget.
2. Catat penghasilan dan pengeluaran bisnis.
Ini ngebantu kamu hitung pajak dengan lebih akurat.
3. Manfaatkan konsultasi gratis dari Dirjen Pajak atau aplikasi pajak digital (seperti OnlinePajak, Mekari Klikpajak, PPhku).
Bersikap taat pajak bukan cuma kewajiban, tapi juga bentuk tanggung jawab finansial yang keren ✨
8. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Kebanyakan Gen Z masih fokus ke “hari ini” — pengen kerja, jalan-jalan, beli gadget baru.
Tapi jarang yang mikir:
Mau punya rumah umur berapa?
Mau pensiun dengan kondisi kayak apa?
Mau hidup di kota, luar negeri, atau punya bisnis sendiri?
💡 Solusinya:
1. Gunakan metode “SMART Goals.”
Specific → jelas tujuannya
Measurable → bisa diukur
Achievable → realistis
Relevant → sesuai kebutuhan
Time-bound → punya tenggat waktu
2. Gunakan tools online. Kalkulator finansial (seperti Lifepal, Finansialku, atau Jago) bisa bantu kamu hitung target tabungan dan investasi.
3. Mulai rencana pensiun sejak dini.
Walau masih 20-an, investasi kecil yang konsisten bisa bikin kamu bebas finansial sebelum 50.
Kesimpulan
Gen Z bukan generasi boros — kamu cuma hidup di dunia yang serba cepat, transparan, dan penuh distraksi.
Tantangannya memang berat, tapi kamu juga punya keunggulan luar biasa: akses informasi, kreativitas, dan fleksibilitas.
Kuncinya adalah kesadaran & strategi.
✨ Intinya:
Penghasilan fluktuatif? Bikin sistem, bukan alasan.
Godaan konsumtif? Gunakan “fun budget”.
Nggak ngerti investasi? Belajar pelan tapi rutin.
Takut masa depan? Rencanakan dari sekarang.
Karena pada akhirnya, finansial yang sehat bukan soal siapa yang paling kaya, tapi siapa yang paling sadar cara mengelola uangnya.
---
🔥 Next up (final part!) → Bagian 6: Rencana Keuangan Jangka Panjang & Gaya Hidup Finansial Sehat untuk Gen Z.
Di bagian terakhir ini kita bakal ngebahas gimana cara bikin roadmap finansial dari sekarang sampai masa depan — biar kamu bisa bebas finansial tanpa kehilangan gaya hidup Gen Z.