Mindset & Realitas Keuangan Gen Z

Biar Dompetmu Gak Ikut YOLO, berikut ini Panduan Lengkap Mengatur Keuangan untuk Gen Z


Uang, Gen Z, dan Dunia yang Bergerak Cepat


Kalau kamu lahir antara tahun 1997–2012, selamat! Kamu resmi jadi bagian dari Generasi Z — generasi yang tumbuh barengan sama teknologi, sosial media, dan dunia yang serba cepat. Kamu mungkin terbiasa belanja online, pesan makanan lewat aplikasi, nabung di e-wallet, bahkan investasi lewat HP. Tapi di balik semua kemudahan itu, ada satu hal yang sering banget bikin Gen Z kewalahan, yaitu: ngatur uang.


Nggak sedikit Gen Z yang bilang, “Gaji baru masuk, tapi dua minggu kemudian udah tipis.”

“Udah niat nabung, eh malah checkout skincare & tiket konser.”




Sounds familiar? 😅 Tenang, kamu nggak sendirian. Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BPS 2024, tingkat literasi keuangan nasional baru mencapai 65,43%, dan inklusi keuangan (yang punya akses ke layanan keuangan) sekitar 75,02%. Tapi buat kelompok umur 15–25 tahun — mayoritas Gen Z — angka literasinya masih di bawah rata-rata nasional (sekitar 51–55%). Artinya, banyak dari kita udah melek digital tapi belum melek finansial.


Padahal, justru di masa muda inilah kemampuan ngatur uang paling penting. Dunia kerja makin fleksibel, penghasilan banyak yang nggak tetap, biaya hidup makin tinggi, dan godaan konsumsi makin besar. Tapi kabar baiknya — Gen Z juga punya potensi paling besar buat sukses finansial karena:


Akses ke informasi terbuka lebar


Melek digital & cepat belajar


Punya waktu panjang buat menumbuhkan aset lewat investasi



Artikel ini bakal bantu kamu paham:


1. Kenapa Gen Z sering kesulitan ngatur uang

2. Cara membangun kebiasaan finansial yang sehat

3. Strategi menabung, investasi, dan mengatur gaya hidup

4. Rencana 12 bulan biar dompetmu makin aman




Yuk kita mulai dari hal paling dasar — mindset uang dan realitas keuangan Gen Z.





Bagian 1: Mindset & Realitas Keuangan Gen Z


1. Siapa sih Gen Z itu?


Gen Z adalah generasi yang lahir antara 1997 sampai 2012 — generasi yang tumbuh di era internet, sosial media, dan globalisasi cepat. Beda banget sama generasi sebelumnya yang mengenal uang dalam bentuk tunai dan tabungan konvensional, Gen Z kenalnya justru dengan:


e-wallet, QRIS, paylater, dan crypto


kerja remote, side hustle, dan konten digital


konsep YOLO (You Only Live Once) dan FOMO (Fear of Missing Out)



Nggak heran kalau pola pikir finansial Gen Z juga unik — fleksibel tapi sering impulsif, melek teknologi tapi kurang disiplin finansial.


2. Realitas Finansial: Ketika Gaji Cepat Masuk, Cepat Juga Keluar


Sebuah survei internal Lifepal (2024) menemukan bahwa lebih dari 70% Gen Z Indonesia mengaku sulit menabung secara konsisten, dan lebih dari 60% merasa “sering belanja tanpa rencana.”

Kenapa bisa begitu?


Ada beberapa penyebab umum:


Sosial media bikin standar gaya hidup naik — semua terlihat keren, estetik, dan harus “update”.


Kemudahan transaksi digital — cukup klik, saldo berkurang. Gampang banget, sampai lupa menghitung.


Kurangnya edukasi keuangan di sekolah/kampus — banyak yang baru sadar pentingnya literasi keuangan saat sudah kerja atau terjerat utang.



3. Data Nyata tentang Keuangan Gen Z Indonesia


Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 oleh OJK dan BPS, hasilnya menunjukkan:


Literasi keuangan nasional: 65,43%


Inklusi keuangan nasional: 75,02%


Kelompok usia muda (15–25 tahun): literasi hanya sekitar 51,7%, meskipun akses ke layanan keuangan (inklusi) sudah mencapai 70% lebih.



Artinya, banyak Gen Z yang sudah punya rekening, e-wallet, bahkan investasi, tapi belum paham bagaimana mengelolanya dengan bijak.

Inilah yang bikin muncul fenomena:


"Akun saham banyak, tapi saldo minus."

"Punya 3 e-wallet, tapi semua saldonya nol."




4. Tantangan Utama: Antara FOMO, Digitalisasi, dan Kurangnya Mindset Finansial


Gen Z hidup di zaman di mana semua serba cepat dan instan. Mau beli barang tinggal klik, mau investasi tinggal download app, mau pesan makan tinggal scroll. Tapi sayangnya, mindset finansial yang matang nggak bisa di-instant-in.


Beberapa tantangan khas Gen Z dalam keuangan:


FOMO: pengen ikut tren (dari outfit, gadget, sampai investasi) tanpa riset dulu.


YOLO: pengen menikmati hidup sekarang tanpa mikir jangka panjang.


Paylater culture: “bayar nanti aja” terasa gampang, tapi bisa jadi jebakan bunga & cicilan.


Gaji kecil, pengeluaran besar: banyak Gen Z yang masih adaptasi dengan income pertama atau kerja freelance.



Menurut OJK (2025), tren pinjaman online meningkat di kalangan usia 18–25 tahun. Banyak yang meminjam bukan karena kebutuhan mendesak, tapi karena gaya hidup konsumtif.


Tapi tenang — bukan berarti Gen Z nggak bisa berubah. Semua bisa dimulai dari mindset finansial yang benar.





5. Mengubah Pola Pikir: Dari “Uang Habis = Normal” ke “Uang Bekerja untuk Kita”


Mindset finansial sehat dimulai dari satu hal: kesadaran bahwa uang itu alat, bukan tujuan.

Kamu bukan kerja buat uang, tapi pakai uang buat membangun hidup yang kamu mau.


Coba ubah cara pandangmu:

Dulu | Sekarang


Dulu: "Gaji buat senang-senang dulu, sisanya nabung."

Sekarang: "Nabung dulu, baru sisanya buat senang-senang."


Dulu: "Uang cuma buat sekarang."

Sekarang: "Uang bisa jadi modal buat masa depan."


Dulu: "Investasi itu buat orang kaya."

Sekarang: "Investasi itu buat siapapun yang mau jadi kaya."



Kamu nggak harus langsung paham semua soal saham atau reksa dana. Mulailah dari mindset sederhana:


Setiap rupiah punya arah


Pengeluaran kecil yang sering = besar kalau dikumpulin


Menunda keinginan bukan berarti nggak menikmati hidup, tapi memilih prioritas





Kesimpulan:

Gen Z punya banyak potensi tapi juga banyak tantangan finansial. Dunia digital bikin segalanya cepat, tapi justru itu yang bikin penting untuk ngatur ritme keuangan.

Langkah pertama? Sadari kebiasaan dan ubah mindset: uang bukan cuma buat dihabiskan, tapi buat dikembangkan.



Lebih baru Lebih lama

Please click the cross to exit!

Contact Me